Kemarin aku menonton sebuah film yang mengingatkanku tentangmu, aku pernah terfikir sebelum film itu diputar, pernah terlintas saat aku telah dilamar seseorang nanti, mungkinkah kau akan menjadi bumerang buatku sebelum aku mengikat sumpah janji di depan altar yang sakral?
Yah, dan kemungkinan yang tidak mungkin akan menjadi mungkin dalam skenario film. sebuah peran yang alurnya sudah disetting habis-habisan.
Sedangkan kita?
Kita berbeda, mungkin aku tak seberuntung Cinta yang mendapatkan hati Rangga,
dan kau bukan Rangga yang akan datang kembali kepadaku karena kekosongan hatimu tanpaku.
Aku merasakan hal yang sama, sesuatu yang belum kutuntaskan, ini menjadi PR untukku. Tapi aku bukan cinta meski aku pun telah menantikanmu bertahun-tahun, aku tak punya kesempatan tuk seperti yang dialaminya.
Film yang membuatku sedikit tertunduk, menahan airmata karena aku menyadari sesuatu hal yang tak bisa aku kembalikan, waktu dan moment yang bisa aku bagi denganmu.
Semua sudah terlambat.
Di antara kita sudah ada jurang pemisah
Siapa yang akan menjembatani, tiada seorang pun yang mau mengambil resiko.
Kepergianmu benar-benar menghancurkanku, tiada lagi ruang tersisa bagi yang lain. Aku bukan hanya kehilanganmu, lebih dari itu, aku kehilangan rasa untuk mencintai selain dirimu. Kini yang tersisa hanya aku yang membiarkanmu berlabuh di pelukan kekasihmu.
Ajarkan aku menerima kepergianmu menjadi sebuah cerita terbaik di hidupku.
Kamu Bukan Rangga, Dan Aku Bukan Cinta. Ajarkan Aku Menerima Tiadamu Dengan Baik-baik Saja
Ini Surat Untuk Jodohku. Perempuan yang Entah Siapa Nanti
Untuk wanita yang selalu kusebut namanya di sujud terakhir dalam setiap shalatku, semoga kita segera dipertemukan, kemudian dipersatukan dalam sebuah ikatan suci pernikahan yang hanya akan dipisahkan ketika salah satu dari kita sudah menghadap Ilahi.
Untuk wanita yang entah di mana engkau sekarang berada, entah bagaimana wujudmu, tunggulah aku memantaskan diri untuk segera menjemputmu, meminta restu orang tuamu, untuk meminangmu dan menjadikanmu bidadari surga dalam rumah tanggaku.
Untukmu wahai tulang rusukku, berdoalah agar jalanku dimudahkan kejalanmu, semoga doamu membimbingku menemuimu suatu saat nanti entah di mana itu, dan kapan kita pun belum tau tapi keyakinan itu akan selalu ada. Maka bersabahlah wahai bidadariku, tunggulah aku memantaskan diri menjadi pendampingmu, bantulah aku dengan doamu agar kerja kerasku dapat meyakinkan orang tuamu bahwa kelak ketika engkau bersamaku, anaknya tidak akan kekurangan apapun.
Bantulah aku dengan doamu, agar engkau bisa meyakinkan orang tuaku engkaulah wanita yang tepat bersanding denganku dan kelak akan jadi menantu yang baik untuk orang tuaku.
Untukmu wahai surga anak-anakku, pantaskanlah dirimu. Jaga ibadahmu, jaga hatimu, dan jaga matamu sampai kelak aku akan ada di sampingmu dan mata itu hanya tertuju padaku dan hatimu hanya untukku.
Untukmu wanita yang kelak akan jadi bahu untukku bersandar, ketika aku mulai penat dengan rutinitas yang ada, maka hanya tangan lembutmu lah yang kuharap akan mengelus mesra pipiku, membalai lembut rambutku, hingga aku terlelap di pangkuanmu.
Untukmu wanitaku, jangan lelah menungguku, seperti aku yang tak kenal lelah mencarimu, memantaskan diri untukmu. Tunggulah aku menjemputmu dan memintamu di depan orang tuamu, tunggulah.
Untukmu wanitaku, bersabarlah hingga waktunya nanti teriakan kata “sah” dari para saksi disambut tepuk tangan dan sambutan para sahabat, maka saat itulah engkau sah menjadi milikku, akan kujaga engkau layaknya orang tuamu menjagamu, akan kusayangi engkau seperti aku menyayangi orang tuaku.
Ini Adalah Untukmu, yang Membual Perihal Masa Depan dan Pergi
Sejak awal matamu beradu pandang dengan milikku, aku hanya ingin menebak sesuatu, memastikan bahwa kau tidak akan tertarik denganku, begitupun aku juga yakin tidak akan pernah tertarik denganmu, apalagi mengizinkanmu menjadi penghuni hatiku, mustahil.
Namun nyatanya? aku juga tidak pernah menyangka kebekuan hatiku yang sedang terombang ambing ternyata menjadi kesempatan emas untukmu, dan kaupun mulai berusaha memasukinya dengan berbagai kilas yang meyakinkan, meluluhkan es yang telah mengeras di diriku. Dan tampaknya, berhasil.
Sedikit demi sedikit kau mulai menampakkan diri bahwa kau adalah domba yang dipenuhi berbagai pengalaman dan kelebihan, kemampuan komunikasi, persuasi yang kau miliki begitu membuatku tertegun hingga menjadi hempasan bahwa tak ada salahnya memberi kesempatan atas usahamu untuk mendekat agar memberikan warna baru dalam kehidupanku.
Begitulah, pada akhirnya pertahananku runtuh juga, kita semakin dekat sebab komunikasi yang terbangun, apalagi caramu mengambil hatiku serasa begitu mengalir, ampuh dan menenangkan. Kedamaian menyusup dengan lembut di setiap sela kehidupan yang semakin ceria.
Aku hanya melaluinya dengan alami, hingga jenjang yang begitu menjanjikan. Harapan untuk bersatu, membangun rumah tangga mulai diutarakan kepada pihak keluarga. Awalnya aku merasa yakin bahwa ucapan-ucapanmu yang meyakinkan, bukanlah bualan semata.
"Aku sudah menyiapkan segalanya mulai dari biaya, rumah, kendaraan, pekerjaan, tunggulah! Aku akan segera menemui orang tuamu"
Begitulah kata-kata yang telah kau utarakan demi melonjakkan kepercayaan diriku sebagai wanita. Aku menanti kabar, ternyata orang tuaku tidak menyetujuinya, karena mereka melihat kau belum menyiapkan apapun, bahkan jauh sekali dari kondisi siap.
Bukankah kau pernah mengatakan bahwa kau sudah siap segala-galanya untuk hidup bersamaku?
Aku mulai menjauhimu karena orang tuaku sedikit shock dengan kondisimu yang sangat terlihat tak menghargai perjuangan mereka untuk membahagiakanku. Demi orang tua dan kekecewaaanku atas semua bualanmu itu, akupun bertekad untuk menepi kembali, seperti semula.
Ternyata, tak lama waktu berselang, aku sudah mendengarmu sering berdua dan bercanda tawa dengan perempuan lain.
Aku tak pernah mempermasalahkan kau dengan siapapun, yang ada aku sangat bersyukur setelah mengetahui ternyata kau adalah pembual yang begitu mudahnya berpaling hati dan melupakan segala janji manis serta hembusan angin surga yang begitu meyakinkanku. Mungkin sebutan anjing berbulu domba cukup pantas untukmu.
Terima kasih telah membuatku semakin yakin bahwa melepasmu adalah jalan terbaik
Dumba-Dumba, Degup Jantungku yang Menyalak Melihat Senyummu yang Tak Bisa Ditolak
Semuanya terjadi secara alami tanpa bisa kutahan, cuma bisa tetap tenang ketika perasaan itu datang, “dumba-dumba” perasaan aneh yang selalu saja menyerang ketika melihatnya. Manusiawi memang bahkan Zainuddin pun merasakaanya ketika ia pertama kali melihat Hayati. Sudah lama rasanya aku tidak merasakan perasaan semacam ini,
perasaan di mana jantung berdegub lebih kencang dari biasanya, nafas terasa sesak, bahkan kaki terasa gemetar,
terakhir aku merasakannya itu karena lupa makan 1 hari. Ckckck
Sering kupandangi dia dari jauh, mencuri pandang, mengintip indahnya surga di bola matanya, senyumnya yang menggugah hati, rasanya ingin menafkahi. Ketika ia lewat ingin rasanya menyapa “hei , gadis manis tanpa pensil alis” Namun ahh aku terlalu terpaku dengan keindahan senyum itu, senyum yang cuma dua detik tapi bikin baper dua hari. Mungkin ibunya dulu ngidamnya kembang gula, atau mungkin ngemilnya tebu tiap hari, atau mungkin madu?
Entahlah yang jelasnya aku yakin ibunya dulu ngidamnya bukan batu tawas. Sungguh senyum yang bukan sekedar indah tapi juga menyehatkan *eeaaaaaaa
Dia sudah punya pasangan atau belum bagiku itu tidak penting, yang penting aku masih bisa menikmati senyumnya meski dari kejauhan, sering terfikir untuk mencoba mendekat sekedar basa-basi menanyakan kabar dan melemparkan batu candaan, tapi kaki ini rasanya terlalu berat untuk melangkah, rasa tidak pantas bersanding dengannya seakan mematok kaki ini sehingga tak bisa melangkah.
Sering terfikir juga apa dia memiliki perasaan yang sama denganku, mungkinkah kita saling memendam rasa yang sama tapi enggan bertegur sapa.
Nyesek? Iya
Menyesal? Kadang-kadang, ketika bertemu dengannya namun berlalu begitu saja tanpa satu kata yang terucap yang terasa hanya “dumba-dumba”
“Jika mecintaimu adalah suatu kesalahan, maka bagiku kesalahan itu adalah kebenaran” konyol memang, tapi itulah hidup. Banyak hal di dunia ini yang sukar untuk dijabarkan padahal dia jelas terasa. Karena di dunia ini kita tidak bisa memilih kepada siapa kita jatuh cinta, tapi kita bisa memilih membiarkan rasa cinta itu tetap ada atau dihilangkan, dan aku memilih membiarkan rasa ini tetap ada sampai waktu menghentikannya. *tsahhhhhhhhh
Jodoh tidak ada yang tau, biarkan itu jadi rahasia-Nya kita cukup meyakini bahwa pasangan kita adalah cerminan diri kita,
laki-laki yang baik hanya untuk perempuan yang baik bukan laki-laki yang baik untuk laki-laki yang baik. Semoga aku dan kamu suatu saat menjadi kita, kamu yang sering buat aku “dumba-dumba”.
Sebelum Kegeeran, Simak Dulu 6 Hal Ini. Kalau Kena PHP, Bisa Jadi Itu Salah Kamu Sendiri
Jadi korban Pemberi Harapan Palsu alias PHP itu memang nggak enak. Kamu yang tadinya semangat 45 dalam melaksanakan berbagai aktivitas, jadi bete seketika. Kamu jadi mendadak sering marah-marah sendiri dan orang di sekitar pun juga kena imbasnya. Yah, menuangkan kekesalan sih nggak apa-apa asalkan nggak terlalu sering dan berlangsung lama. Karena mereka kan nggak salah, bahkan belum tentu tahu juga tentang kisah PHP-mu ini.
Kalau mau introspeksi, sebenarnya PHP yang kamu alami ini bukan karena kesalahan dirinya lho. Bisa jadi memang karena kamu sendiri yang mudah geer saat bersamanya. Dia yang bersikap bak pangeran di negeri dongeng pun berhasil mengisi relung hati dan pikiranmu. Padahal sih dia memang seperti itu orangnya, yang baik dan ramah kepada semua orang.
Menghadapi lawan jenis yang seperti itu diperlukan kiat-kiat khusus biar kamu nggak mudah geer saat berinteraksi. Oleh karenanya, Hipwee udah menyiapkan 6 hal nih yang patut kamu simak biar PHP yang kamu alami bukan karena salah sendiri.
1. Ketika bersikap ramah, bisa jadi dia orangnya memang begitu. Kalau kamu terbawa suasana, tentu itu bukan salahnya
Awal dari munculnya PHP adalah sikap lawan jenis yang ramah ke kamu. Dia sering tersenyum, menyapa, dan mengobrol sejenak sebagai basa-basi sopan sewajarnya. Hal seperti ini biasanya mudah banget mencuri ruang kosong hatimu. Apalagi kalau udah cukup lama nggak berinteraksi dengan tipe orang seperti ini, kamu pasti jadi terbawa keramahannya deh. Mau nggak mau, harapan-harapan yang kamu buat sendiri ini pun muncul.
2. Kalau diajak jalan berdua, jangan langsung menilai dia ada hati ke kamu. Anggap aja dia senang mengakrabkan diri dengan temannya
Eh Haifa, besok jalan yuk!
Boleh, mau ke mana emang?
Gue sih mau cari buku, abis itu ngopi-ngopi juga boleh.
Yaudah, gue tanyain yang lain juga deh.
Gak usah, berdua aja kita jalannya. Gimana?
Nah, ajakan jalan berdua belum tentu kalau dia memang ada rasa ke kamu lho. Kalau dibilang tertarik sih iya, tapi bisa jadi tertarik karena kepribadianmu ini asik nggak untuk dijadikan teman akrab. Karena mencari teman akrab itu nggak mudah, makanya nggak ada salahnya dia menyeleksi dengan cara mengajak jalan berdua. Toh, kamu sendiri juga pernah kan berinisiatif mengajak lawan jenis jalan berdua aja? ;p
3. Ketika kamu butuh bantuan dan dia sering menolong, itu berarti dirinya cepat tanggap dan peduli terhadap orang sekitar
Kamu jangan dulu geer saat sedang butuh bantuan, lalu dirinya hadir bak pahlawan yang menolongmu. Karena apa yang dilakukan ini semata-mata dirinya yang memang tanggap dan peduli terhadap orang sekitarnya. Makanya, kamu harus tahan dulu deh rasa senang dan geer-mu ini karena bisa jadi dia juga bersikap sama ke orang lain juga.
4. Sebelum pedekate kalian terlalu jauh, ada baiknya cari tahu tentang dirinya dari teman-temannya
Biar kamu gak jadi korban PHP , sebaiknya coba cari tahu tentang dirinya dari teman-temannya nih. Kalau kamu kenal dengan keluarganya pun juga bisa dilakukan, pokoknya kamu bisa mendapat informasi tentang dirinya deh. Untuk mengetahui kebiasaannya pun, kamu juga bisa melihatnya dari akun media sosialnya. Dari situ, kamu jadi tahu dia orangnya seperti apa dan interaksi dengan yang lain juga bagaimana.
5. Saat dirinya udah bercerita apapun, jangan geer! Anggap sikap terbukanya dia karena kamu adalah teman yang bisa dipercaya
Kadang, yang suka bikin kamu terbawa perasaan (baper) itu karena sikap terbuka dirinya ke kamu. Interaksi kalian berdua selama ini menimbulkan kenyamanan pada dirinya dan dia pun mau terbuka ke kamu. Kalau udah begini, siapa sih yang nggak geer? Oleh karena itu, anggap aja kalau dia saat ini telah menilai kamu sebagai teman yang dapat dipercaya. Jadi, jangan heran kalau banyak hal rahasia yang mulai dia ceritakan.
6. Pada dasarnya setiap orang memang baik. Pemikiran seperti ini harusnya sudah tertanam dalam pikiranmu
Hal termudah yang kamu lakukan biar nggak baper gara-gara PHP yaitu menganggap semua orang pada dasarnya adalah baik. Dengan pemikiran seperti itu, kamu nggak akan mudah geer dan baper karena tahu kalau dia akan baik pada semua orang. Sikapnya ini selalu ditunjukkan ke siapapun, termasuk kamu. Jadi, jangan mudah geer ya! Anggap aja dia memang seperti itu orangnya. ;D
PHP merupakan salah satu problematika dalam hubungan yang baru berjalan sebentar. Karena belum mengenal lebih jauh, mau nggak mau dilakukan pendekatan yang biasanya berakhir dengan hal menyakitkan salah satu pihak. Kadang karena kesalahan sendiri yang mudah geer, tapi bisa juga karena lawan jenis yang memberikan harapan berlebih. Apapun itu, saat ini coba yuk untuk biasa aja mencerna sikap dan kata-kata manis yang diucapkan lawan jenis. Biar kamu gak geer dan baper sendiri. Hehe.. Hehe… Hehehehe..
Bang, Sepertinya Menunggumu yang Tak Pasti. Adek Sudah Lelah
Bang, nampaknya Adek sudah bosan dengan sikapmu yang "seperti ingin tapi tak ingin" itu, bosan menunggu sikap baik dan perhatianmu yang hanya kadang-kadang kau tunjukkan. Aku sudah bosan menggenggam setiap pengharapan yang kugantungkan atas dirimu, harapan yang setiap waktu kutunggu tapi tak kunjung kau jawab,
Aku sudah lelah menanti sedikit waktu dari tiap-tiap sibukmu yang tak pernah berujung.
Andai Abang tahu, selama ini aku sempurna menunggu berharap kau menyelesaikan setiap urusanmu tapi sampai kini tak pernah ada selesainya, tak pernah ada habisnya. Mungkin harapanku selama ini tersiakan Bang, Adek menyerah….
Mungkin sudah saatnya Adek membuka hari baru dan cerita baru, membereskan setiap ruang hati agar tak berantakan lagi dan layak untuk ditinggali, Adek akan membuka tirai-tirai kelabu itu agar ada celah buat sinar matahari yang lebih indah untuk menerangi. Akan kubuka jendela-jendela yang selama ini tertutup agar angin segar harapan baru segera dapat menyejukkan pengapnya jiwa yang kau tinggal.
Benar kata Bang Darwis, "Kadang kita memikirkan seseorang, menunggu reply sms, komen atau membaca postingan kita, menanti dia online, dan sebagainya. Tapi nyatanya seseorang itu justru sedang asyik dengan orang lainnya lagi, atau malah lagi asyik (maaf) ngupil.
Jadi lebih baik sibukkan diri memikirkan dan mengerjakan hal yang bermanfaat. Waktu itu berharga, jangan dihabiskan percuma".
Iya itu… Mungkin Abang sedang sibuk mengupil dan Adek sudah tak bisa menunggu lama lagi Bang, Maaf…
Mentari setiap hari terus bersinar, menerangi alam. Tak peduli apa yang terjadi. Tak pernah ada kebencian, tak pernah ada penyesalan, tak pernah meminta balasan, seperti itulah harusnya aku bersikap. Seperti pagi yang selalu memberikan harapan baru tak peduli hari mendung ataupun cerah seperti itulah aku harus berjuang, karena selalu ada harapan baru yang lebih baik setiap harinya setiap waktunya.
Seperti satu cerita berganti ke cerita yang lain, akan ada yang datang dan yang pergi. Selalu berharap yang datang akan lebih baik daripada yang pergi, yang datang akan membawa cerita baru yang lebih berwarna dan menyenangkan. Semoga saja….
Karena benar, dalam hidup kita akan ada orang yang hanya cukup tinggal dalam hati kita, bukan dalam hidup kita. Mungkin seperti itulah kamu Bang, cukup dalam hati bukan dalam hidupku. Karena seperti itulah keadaanya, biarlah kuterima dengan lapang dan penuh kedamaian.
Karena dalam hidup kita selalu penuh dengan misteri, maka biarlah aku melepaskan segala bebanku saat ini dan membuka hari baru dengan cerita yang baru, karena aku selalu ingin punya kebahagiaan yang menenangkan agar aku bisa membaginya dengan semua orang yang kutemui esok hari.
Karena aku ingin jadi cerita bahagia bagi orang-orang yang mengharap kebagiaan.
Hari ini aku melangkah memulai kisah yang baru, memandang kebahagiaan dengan sudut pandang yang berbeda, belajar bahagia dalam segala cerita, karena aku percaya…. Letak bahagia ada pada cara kita memandang hidup dengan cara yang bijaksana.
Seorang Perempuan Tidak Akan Mungkin ‘Baper’ Jika Lelakinya Tidak ‘Caper’
Jika hanya sekedar bercanda mengapa membawa saya sejauh ini. Tidakkah tuan mengerti jika tidak selamanya hati bisa diajak bercanda.
Tuan, sungguh terima kasih sekali telah membuat saya jatuh cinta. Terima kasih sekali karena berkat anda saya bisa merasakan rindu. Terima kasih. Karena anda, saya tahu rasanya cemburu. Terima kasih untuk kisah kemarin. Terima kasih untuk sebaris senyum yang sempat tuan ukir manis di wajah ini.
Tuan, saya mengerti. Saya paham akan pepatah yang mengatakan jika seorang pria tidak akan tahan rasa ‘sepi’ seorang pria tidak tahan sendiri. Maka tak heran jika mereka seorang pria akan dengan sangat mudah berpindah kelain hati. Ya, saya paham pepatah itu. Dan saya paham, ketika itu saya hanya menjadi pilihan kedua saat tuan merasa sepi lalu menjadikan saya sebagai bahan candaan penawar rasa sepi anda.
Tuan, tahukah anda, jika cara bercanda tuan telah membuat saya terluka? Tahukah tuan, jika beribu hari saya habiskan untuk menyeka rinai hujan di pipi saya yang disebabkan oleh candaan tuan? Tahukah tuan, karena candaan tuan telah membuat rindu menyerang jiwa ini dalam kurun waktu yang tidak sebentar? Tahukah tuan, jika candaan tuan telah membuat makanan saya terasa hambar? Tahukah tuan, jika candaan tuan selalu membuat saya tak pernah nyenyak menikmati mimpi? Tahukah tuan, jika candaan tuan telah membawa saya ke dimensi lain, di mana hanya ada saya sendiri, tidak tahu arah pulang, terjebak dalam ketersesatan rasa pada candaan tuan?
Tuan, seandainya saya bisa berorasi menyuarakan kata hati saya pada tuan, saya ingin bertanya, apa salah saya hingga tuan melakukan ini terhadap saya?
Pernahkah saya mempermainkan hati tuan? Pernahkah saya hadir dalam kehidupan tuan tanpa anda sendiri yang mengundangnya? Mengapa anda hadir menghuni relung hati saya, menyematkan rasa yang sebelumnya belum pernah saya rasakan, menyatakan rasa yang membuat saya merasa menjadi wanita terbahagia, jika pada akhirnya tuan juga nyatakan rasa yang sama pada wanita lain di waktu yang bersamaan, lalu esoknya saya tahu tuan telah bersama dengan yang lain.
Tahukah tuan, selama ini saya selalu berusaha yakin suatu hari nanti tuan akan berubah. Beribu hari saya meyakinkan hati jika saya memiliki rasa yang tulus untuk tuan begitupun sebaliknya. Dan yang lebih konyolnya bertahun saya menutup rapat hati saya bagi siapapun yang menyapanya. Tidak ada yang menggantikan posisi tuan.
Entah saya ini bodoh atau apa, saya merasa kita saling memiliki rasa yang sama. Bodoh bukan? Dari mana saya dapat keyakinan itu? Mungkin dari candaan tuan.
Tuan, kini bulir-bulir air tak jatuh lagi dari pelupuk mata saya. Mengering. Terlalu sakit mengingat semuanya hingga air matapun enggan menetes lagi. Saking sakitnya, kini saya hanya bisa tersenyum ketika mengingat semua tentang tuan. Tidak lagi menangis dalam sesak. Raga ini telah lelah.
Belasan tahun saya tertidur dan hidup dalam mimpi. Mimpi yang indah sekali. Sampai seseorang membangunkan saya dengan cara yang sangat menyakitkan, cara yang menusuk-nusuk jantung saya, cara yang membuat hati saya hancur menjadi ribuan keping dibuatnya.
Cara yang menyadarkan saya jika saya begitu bodoh dengan berani-beraninya manaruh harap pada tuan dengan menganggap segala candaan tuan sebagai rasa dan ketulusan tuan.
Bullshit, semua yang dikatakan tuan hanya sebuah senda guraw belaka, tanpa mengerti jika wanita terlalu mudah berperasaan.
Tuan, saya tahu diri, mana mungkin wanita yang jauh dari kata sempurna seperti saya mendapatkan ketulusan hati anda, mendapatkan cinta yang nyata dari anda. Tuan, seorang yang tak mungkin wanita bisa menolaknya dengan seragam dan amunisi yang anda miliki.
Serupa tuan yang di mata dunia selalu disandingkan dengan pasangan yang juga memiliki title ‘sama’ (Sederajat). Begitulah yang kudengar. Dan itu yang membangunkan saya dari mimpi panjang selama ini. Seseorang yang telah membangunkan saya dari mimpi panjang ini tidak lain adalah Ibu tuan sendiri.
Meski ibu tuan tidak sengaja mengatakannya, saya tetap sangat berterima kasih kepada beliau karena telah menyadarkan saya, membangunkan saya. Walau terdengar sakit namun semua memang benar.
Saya terlalu bodoh karena hanyut dan terbawa perasaan saat tuan memainkan kalimat-kalimat yang membuat saya merasa dicintai. Namun, ternyata semua palsu, semua hanya cara tuan berekspresi melawan rasa kesepian tuan dan mengalihkannya pada saya.
Selama ini saya selalu menyalahkah diri sendiri. Mencaci diri sendiri yang terlalu bodoh dan gampangan atau bahasa kerennya terlalu cepat ‘BAPER’. Kali ini saya ingin bertanya. Salahkah jika saya terbawa perasaan sedangkan tuan sendiri memberikan harapan-harapan, mimpi-mimpi, mengajari saya menyusun masa depan, bukan dalam waktu sebulan dua bulan, setahun-dua tahun.
Ribuan hari lamanya tuan membesarkan hati saya. Mana mungkin saya tidak terbawa perasaan.
Tapi, memang benar di balik semua skenario yang Tuhan berikan untuk setiap hambanya pastilah mengandung hikmah, tergantung bagaimana cara kita memandangnya. Kini saya mengerti, sebagai wanita tidak boleh terlalu percaya 1000% pada seorang pria sebelum ijab dan qabul disenandungkan. Sekalipun pada orang yang telah lama dikenali. Seperti tuan yang telah saya kenal selama belasan tahun.
Satu lagi. Lagi pula kita tidak bisa memaksa seseorang untuk tulus terhadap kita.
Jika tuan tidak pernah bisa pergi dari saya dan menganggap saya sebagai ‘candaan’ yang menyenangkan di kala tuan merasa sepi yang kapanpun tuan bisa kembali dan berlalu begitu saja. Tidak lagi. Biarkan saya yang pergi. Tak usah kembali lagi.
Saya tidak ingin kembali mengucap 'terima kasih' untuk apa yang tuan akan lakukan di kemudian hari. Percayalah tidak ada maksud untuk memutus tali silaturahmi. Tuan akan tetap menjadi teman saya. Teman dalam segala penantian.
– THE END-
Pesan penulis …
Seorang perempuan tidak akan mungkin ‘BAPER’ jika lelakinya tidak ‘CAPER’ begitupun sebaliknya. Hati-hati saat bercanda yang berujung membuat seseorang menjadi baper dengan segala perhatian kita. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi pada lawan main yang kita jadikan sebagai sasaran untuk di baper-in.
Menjadi teman boleh, berteman dengan siapapun, lebih banyak teman lebih baik. Jadi sahabat? Tentu saja boleh. Saling peduli? Kita makhluk sosial, apa alasan kita untuk tidak peduli. Namun, Pedulilah sewajarnya, jangan terlalu membesarkan hati seseorang jika semua hanya candaan. Bersikaplah sewajarnya.
Ini Tentang ‘Hati yang Menggugat Akan Wujud Cinta”
Ada hal yang kadang tidak bisa saling kita simpulkan dengan benar dan saling mengiyakan dengan hasil yang sama. Itu manusiawi karena arus hati dan pikiran kita tidak berada dalam satu tubuh yang sama. Orang bijak berujar “kamu hanya bisa mengerti seseorang jika kamu merasakan mereka dalam dirimu”. Nyatanya kutipan itu tak semudah kedengarannya.
##
“Jadi, kamu bersedia?”, Aku tak perlu berdiam lama harusnya karena jauh sebelum kunanti hal ini aku sudah sedikit meyakini mungkin kamulah orangnya. Aku memandang lagi matanya, “Kita jalani dulu perlahan, aku ingin denganmu akan membuat momen yang indah,’’ jawabku.
Alam semakin damai. Burung memperlihatkan gerakan akhir untuk pulang ke sarang.. Matahari mulai menenggelamkan dirinya. Terbenam bersama rupa senja yang kian menawankan langit di atas pantai saat itu.
Damainya alam akhir sore, seakan menandai kamu dan aku yang berkeinginan menjadi kita
Aku hanya tidak ingin kamu kembali kecewa di atas cerita cintamu yang pernah terjadi di masa ketika aku belum mengenalmu dan kita belom jadi siapa-siapa. Kamu sesosok pria yang tersujud pasti dengan tangisan dari kesedihan sebuah keharusan pelepasan. Aku tak pernah punya masalah dengan itu. Aku mengerti bahwa akan selalu ada rute jalan atas apa yang aku pilih juga akan ada resiko dari ini tapi aku berharap kamu juga akan mengerti aku. Sudah kuceritakan saat lalu. Saat kita duduk bersama tentang ceritaku yang juga sendu.
Kali ini, aku ingin menjadi wanita yang semoga lebih indah untukmu, priaku. Tapi tolong ingatkan aku jika langkahku keterlaluan, ucapku menyakitimu karena aku tak ingin kisah ini juga akan menghilang. Aku ingin kita tak punya akhir, bertahan saling mengenggam menghadapi segala kemungkinan yang ada, bersama-sama.
##
Kadang kita memang mesti mengingat kembali ke masa lalu, bagiku ini perlu
Menimbang nimbang kesalahan apa yang dulu dilakukan agar tak terulang. Merenungi kekurangan apa pada hati ini pada sikap ini agar tak lagi gagal menciptakan indah yang berkelanjutan. Tanpa mengurangi penjagaan perasaan. Kau tahu sayang setia adalah juga kunci untuk kita tetap saling berdampingan. Ia tak pernah ingin membagi kehangatan pada yang lainnya.
##
Hampir setiap hari, kamu menemaniku. Duduk di sofa ruang tamu. Aku membiarkanmu berbicara apapun yang kamu inginkan. Kamu sepertinya paham aku membutuhkan teman ternyaman untuk hatiku bukan untuk sesaat. Pertemuan kita yang sengaja diulang-ulang semoga menghilangan kata sungkan.
##
Satu bulan ini kulihat kamu berbeda,
Aku tak tahu siapa yang paling begitu lumpuh karena luka masa lalu. Aku atau dirimu?? Memang memori terkadang membuat segalanya jadi terkaitkan tanpa sadar dengan gerak deret maju langkah kaki selama perjalanan.
Kamu masih saja diam karena keributan kemarin, aku yang sengaja menghilang karena merasa dibanding-bandingkan, kamu yang tetap saja kurang peka dengan diamku sebelumnya.
Kubuatkan secangkir kopi untukmu dan segelas teh untukku. Aku ingin kita duduk berdua dan bicara perlahan. Secangkir kopimu mendingin. Kamu tak mau lagi menghirup aromanya, terlebih meminumnya.
Ku bawa segelas tehku ke sudut ruangan, ku mainkan musik untukku sendiri, kupasangkan headset perlahan di telingaku agar kamu tak mendengar,
……..
Telah kunyanyikan alunan alunan senduku
Telah kubisikan cerita cerita gelapku
Telah kuabaikan mimpi mimpi dan ambisiku
Tapi mengapa kutakan bisa sentuh hatimu
…………………
Dengar simfoniku, simfoni hanya untukmu
………………..
##
Aku memilih merebah pada hati yang tak setengah.
Jika kamu masih ingin berjalan denganku, ada hal yang harus kau tinggalkan, yaitu ragu.
Jika kau terus bimbang, silahkan kembali ketempat yang katanya membuatmu nyaman,
tempat yg juga pernah membuat lukamu menahun sebelum mengenalku, tempat yang
pernah kamu sebut rumah
Karena perjalanan ini tak akan indah jika kamu masih begitu.
##
Dan ternyata kisah ini juga tak lepas dari kontaminasi sisi remang. Keraguan memeluk
erat batin di tengah perjalanan. Meringkihkan badan dalam menciptakan persahabatan
yang terjalin antara dua jiwa yang sepertinya satu
Kita sama – sama terpaku oleh pertikaian soal cinta dan sikap dari wujudnya cinta.
Belum, Ini Belum Waktunya Kamu Menyerah
Menyerah itu gampang, gampang sekali, seperti membalikan telapak tangan. Tahukah kamu bahwa ketika kamu memutuskan untuk menyerah atas perjuangan panjang yang telah kamu lakukan, alam semesta seakan akan mendukungnya. Bukan karena kamu ditakdirkan untuk gagal dan bukan juga karena memang itu tidak pantas untuk diperjuangkan, tetapi karena kamu adalah apa yang kamu bayangkan.
1) Dengarkan hati kecilmu
Jangan pernah mengabaikan suara dari dalam dirimu sekecil apapun yang mungkin terdengar gila, aneh bahkan menyeramkan sekalipun. Every word counts. Pada titik tertentu, pikiranmu seakan akan meluruhkan semua semangat yang ada dalam jiwamu, pada titik inilah hati kecilmu akan mengambil peran. Terkadang, ada hal hal yang tidak bisa kita timbang dengan akal sehat, ada kondisi di mana data data statistik tidak bisa membuktikan kenyataan.
Pernah dengar istilah “Bola itu bundar”? Ya, apapun bisa terjadi selama kamu percaya, percaya bahwa kamu itu lebih dari apa yang kamu bayangkan. Suara suara inilah yang akan membuatmu menyadari bahwa kita tidak seharusnya menyerah saat ini.
2) Tiap manusia punya tujuan
Apakah kamu tahu tujuanmu selama ini? Banyak orang melupakan apa yang mereka sebut “tujuan”. Itu bukan sekedar target yang harus dicapai, lebih dari itu. Hal-hal yang membuat kamu melipat selimut dan beranjak dari kasur, itulah tujuan. Apa yang selalu membuatmu takut kegagalan, itulah tujuan. Tidak ingin membuat orang yang kamu sayangi bersedih, itulah tujuan, tujuanmu yang selama ini kamu kubur di sisi terdalam hatimu.
3) Tidak apa merasa lelah
Kita bukanlah pahlawan super yang selalu membantu orang dengan kekuatan super, bahkan pahlawan super pun punya batas kekuatan. Intinya, tidak apa apa merasa lelah, tidak apa apa menunjukan pada orang di sekeliling kita bahwa kita sudah mencapai titik kemampuan yang kita punya saat ini.
Itu bukan lah hal yang perlu kita anggap memalukan karena membuka diri soal kelemahan kita kepada orang lain adalah hal yang diperlukan. Sebagaimana manusia itu hidup pasti butuh manusia lain untuk bersandar atau sekedar bertegur sapa, jadi berkeluh kesah lah kapan pun kamu butuh itu.
4) Semua akan indah pada waktunya
Memang terdengar seperti istilah dari negeri dongeng, tetapi dengan kamu berpikir bahwa semua akan indah pada waktunya membuat semangat kamu dan harapan kamu semakin terbakar. Ini akan terjadi sebaliknya jika kamu terlalu skeptis, kamu pasti akan berpikir untuk apa saya berjuang dan terus berdiri di hadapan gempuran masalah jika pada akhirnya saya tetap terkubur di bawah kegagalan?
Untuk apa saya bergantung pada angan angan semu jika hidup ini hanya sementara? Harapan adalah satu-satunya bibit kehidupan yang potensial di dunia ini. Berharap akan indah membuatmu punya alasan untuk tetap berdiri sampai sekarang.
5) Ingat, kenapa kamu memulainya
TIdak ada asap tanpa api. TIdak ada akibat tanpa sebab. Setiap perjalanan pasti ada sesuatu yang memicu kamu untuk melakukan perjalanan itu. Layaknya tradisi pada saat lebaran, yang lain dan tak bukan adalah mudik. Kenapa semua orang berbondong-bondong pulang ke kampungnya masing-masing tiap tahun padahal sudah tahu bahwa itu pasti akan melelahkan dan juga menguras kocek yang sangat dalam?
Yang mereka pikirkan hanya satu, yaitu bertemu sanak saudara di kampung, berbagi cerita serta kebahagiaan. Apakah itu tidak cukup menjelaskan bahwa bukan tentang bagaimana lelah nya kamu berjalan atau apa yang akan kamu korbankan nantinya, tetapi tentang atas dasar apa kamu memulai perjalanan tersebut. Itulah yang akan mengisi bahan bakar semangatmu, Ketika kamu jatuh kita punya alasan untuk bangkit karena alasan kamu memulai ini lah yang akan menarik kamu bangkit saat jatuh.
6) Ingat, di luar sana ada yang mencintaimu sepenuh hati
Terlepas dari cita-cita kamu dan impian kamu yang ingin kamu capai. Seberapa banyak keringat yang sudah kamu keluarkan selama perjalanan yang melelahkan ini, dan juga seberapa banyak kamu jatuh dalam pencarian jati diri yang kamu tempuh, kamu selalu punya rumah untuk kamu rindukan, kamu selalu punya tempat untuk kembali. Tempat di mana semua luka dan kesedihan seakan akan sirna seperti debu yang terhempaskan oleh sapuan angin.
Rumah yang selalu menerimamu dengan tangan terbuka kapanpun juga, tidak peduli seberapa berhasilnya kamu atau seberapa gagalnya kamu, dia akan mengeringkan hatimu dari kebencian dan mengisinya kembali dengan cinta. Cinta yang tak bisa orang lain berikan, hanya untuk kamu.
Do not Lose hope. Your loved one will always be with you. No matter what.
Maaf, Jika Proses Melupakanmu Tak Pernah Bisa Tuntas Kujalani
1. Kepergianmu, Mengancam kelangsungan hidupku
Aku bahagia bersamamu, Aku sadar akhir-akhir ini hubungan kita tidak baik. Jarak dan waktu menjadi kendala, tetapi aku tetap bahagia bersamamu. Bertengkar, beda pendapat, terkadang acuh dan tak peduli, senantiasa menemani kita, namun aku tetap menyayangimu. Keputusanmu untuk berjalan masing-masing, meruntuhkan harapanku. Bagaimana mungkin aku hidup tanpa cahaya matahari?
2. Proses Melupakanmu, Tak Pernah Tuntas Kujalani
Dan akupun kehilangan arah, aku tetap menjalani hidup seperti biasa. Semua kulakukan untuk melupakanmu, menghapus bayangmu dan mengusir paksa sosokmu dalam hatiku. Semuanya kulakukan untuk "Move On" darimu. Namun, aku kembali pada kegagalan. Ya! Tetap Kamu yang ada dalam setiap helaan nafasku.
3. Mimpi-mimpi Tentangmu, seperti Hadiah Kebahagiaan Untukku
Kusibukkan diriku setiap hari, kulelahkan ragaku dengan semua kegiatan. Mungkin ini akan sia-sia, tapi setidaknya aku telah mencoba. Jujur aku sangat sulit untuk dapat tertidur lelap, tanpa gelisah, tanpa dihantui bayanganmu. aku tetap merindukanmu. Aku mohon, berkunjunglah kemimpiku. Hanya melalui mimpi, aku dapat bertemu denganmu.
4. Semuanya Kujalani dan Mungkin, Sekarang Hanya Titik Ini Pencapaianku
Manusia hanya bisa berencana dan berusaha. Saat ini, aku hanya mencoba untuk menjalani hidup tanpamu. Aku hanya ingin bisa kembali normal. Jika masih ada Kesempatan untukku, aku akan berjuang untuk itu. Namun, jika memang tidak ada, biarlah waktu yang menghapus bayangmu dari hari-hariku.
Untukmu,
Yang sampai saat ini masih setia berlari dalam pikiran dan menjadi penghuni hatiku.
Seperti Air yang Jatuh di Emperan, Hidupku Mengalir Tanpa Tujuan
Apa kabar hujan? Di mana aku selalu terbiasa dengan hadirmu. Kujalani hari-hariku seperti engkau jatuhkan buih-buih dari langit. Tak beraturan, tak berirama –meskipun sebagian orang mengatakan irama hujan adalah romantis namun tetap saja bagiku tak berirama seperti jatuhnya yang tak beraturan.
Apakah mungkin ada hal yang tak beraturan disebut sebagai hal yang romantis? Lalu bagaimana dengan hidupku, yang kuibaratkan seperti jatuhnya air dari langit, lalu menapaki bumi dan diapun tak tahu di bagian bumi yang mana dia akan jatuh.
Ada kalanya dia jatuh di sungai yang mengalir kemudian lenyap di muara yang hilang. Ada juga yang langsung jatuh ke laut, bertemu dengan habitatnya karena dia tak perlu jauh-jauh mengembara untuk sampai ke muara. Namun ada juga yang hanya jatuh di emperan lalu berakhir di saluran pembuangan, bercampur dengan sampah dan kotoran.
Di mana keadaan hidupku? Apakah aku adalah air yang jatuh di sungai? Yang harus melakukan perjalanan hidup yang panjang. Penuh lika liku, menuruni bukit, menyusuri lembah dan harus melewati celah bebatuan yang sempit dan masih banyak lagi rintangan sebelum sampai ke muara. Atau…aku adalah air yang jatuh di laut, yang tak perlu harus melalui berbagai ujian panjang yang menyengsarakan untuk sampai ke muara.
Karena aku langsung berada di habitatku, segalanya ada di sini, semua berkecukupan di sini. Karena di sini adalah tempatnya air, segala macam air akan bermuara di sini.
Alangkah bahagianya diriku jika aku seperti air yang jatuh di laut.
Tapi, ternyata diriku seperti air yang hanya jatuh di emperan rumah. Jatuhnya saja sudah teramat sakit, karena harus membentur genteng terlebih dahulu sebelum aku benar-benar berada di tanah. Apakah cukup sampai di tanah? Ah, ternyata tidak… Perjalananku masih teramat jauh. Setelah benturan-benturan keras dengan genteng dan tanah, aku masih diseret-seret melewati celah aliran tanah yang lain, yang sempit dan berkerikil. Terkadang aku bertemu dengan tumpukan sampah yang kotor dan bau. Terkadang juga aku bertemu dengan batuan besar yang menghalangi jalanku. Terkadang aku juga bertemu dengan jalan air yang memang dikhususkan untuk air – selokan.red.
Tapi kenyataannya meskipun ini adalah jalan khusus untuk air namun tak seindah peruntukannya. Ternyata di sini pun masih banyak sampah dan kotoran yang aku temui. Begitu terus sampai aku merasa lelah dengan sendirinya. Kadang aliranku berhenti, dan aku mengira aku telah sampai di tujuanku.
Tapi ternyata tidak, aku hanya berhenti untuk memilih aliran mana yang akan terus menjadi jalanku. Di persimpangan ini aku berhenti sejenak. Tak ada yang tahu akan kemanakah aliranku selanjutnya. Apakah akan menuju parit-parit untuk bertemu dengan habitatku yang lain? Ataukah aku akan terus mengalir lagi tanpa arah dan tujuan.
Ah… sebenarnya mau dikemanakan aku ini? Aku sudah lelah, aku sudah kenyang dengan perjalanan ini. Tak bisakah aku keluar dari jalan ini dan biar kucari sendiri jalanku. Jalan yang menurut kemauanku. Tak bisakah aku dibiarkan menentukan jalanku sendiri?
Sudah cukup jauh aku mengalir. Aku sudah banyak bertemu dengan macam-macam benda yang menghalangiku. Aku sudah banyak belajar untuk melewati mereka semua. Namun mengapa aku masih tetap saja disuruh mengalir? Apa karena tak ada bekas luka pada diriku sehingga dikira aku baik-baik saja.
Apa kau tak tahu, air itu mudah dibentuk tapi juga mudah untuk kembali seperti semula. Makanya tak ada luka ataupun bekas luka pada diriku. Apakah karena itu sehingga kau tak pernah puas untuk menyuruhku terus mengalir? Karena kau tak melihat bekas luka di diriku.
Ya, aku memang baik-baik saja. Aku tak terluka sedikitpun. Karena aku sudah cukup kuat, sudah cukup tangguh menghadapi benda-benda yang berusaha menghalangi jalanku. Pernahkah kau bayangkan, bagaimana wujud sampah yang paling banyak menghalangiku?
Kalau hanya sampah kertas, plastik atau makanan sisa itu saja tak seberapa bagiku. Tapi ketika aku bertemu dengan duri, pecahan kaca, besi-besi bekas dan lainya itu akan sangat menyakitkanku. Bisa kau bayangkan bagaimana luka yang dibuatnya, seberapa remuk tubuhku menahan benturan-benturan dari benda-benda itu.
Dan aku menjadi kuat karenanya.
Tak ada alasan lagi untuk mengeluh tentang perjalananku. Entah akan berakhir di laut, di sungai atau malah hanya terseret di selokan mengalir kesana kemari tak tentu arah. Aku akan menjalaninya. Karena aku tak bisa kembali ke langit tempat di mana aku berasal. Aku juga tak bisa memilih di belahan bumi yang mana aku ingin di jatuhkan.
Dan aku juga tak bisa memilih dengan cara seperti apa aku ingin dijatuhkan.
Selalu ada alasan mengapa aku harus mengalir seperti ini.
Meskipun aku tak tahu apa itu, namun tak ada sesuatu yang terjadi yang tanpa sebab. Terkadang aku ingin menjadi arus yang kuat yang bisa menghalau benda apapun yang menghalangi jalanku. Menghempaskannya agar aku bisa mengalir dengan nyaman. Seberapa besar batu yang menghadangku, seberapa banyak tumpukan sampah yang menghalangiku aku ingin melewatinya atau bahkan menghempaskanya.
Tapi kadang aku juga hanyut bersamanya, berbagi tempat dengannya. Meskipun aku tak menginginkannya. Siapa juga yang ingin berjalan beriringan dengan tumpukan sampah yang kotor dan bau? Yang ada malah aku juga akan dianggap sama.
Namun… seberapa kuat tekadku, apapun keinginanku, pada kenyataannya aku tetaplah hanya buih, dan sampai kapanpun aku akan tetap menjadi buih air hujan yang turun dan mengalir tak beraturan. Walaupun tak sampai ke laut, namun akan kuciptakan muaraku sendiri. Akan kuciptakan sungaiku sendiri, selokanku sendiri dan persimpanganku sendiri. Di mana aku bisa memilih aliran mana yang akan ku tuju.
Dan sampai di mana waktu itu tiba aku akan mengalir mengikuti tempat yang lebih rendah yang ada di depanku. Karena aku tak bisa menanjak ataupun kembali lagi. Sembari berdoa semoga di depan tak ada tumpukan sampah lagi, tak ada batuan besar lagi dan tak ada persimpangan lagi yang membuatku terseret tak tentu arah.
Untukmu, Pria Kesayanganku, Kuucapkan ‘Selamat Pagi’ Terakhirku
Selamat pagi, Kekasihku.
Mungkin ini akan menjadi kali terakhir aku mengucapkan selamat pagi untukmu. Aku sudah memikirkannya beberapa hari belakangan ini, dan tadi malam aku memutuskan untuk mengakhirinya pagi ini. Jangan kira ini mudah bagiku. Kau tidak tahu seberapa banyak air mata yang jatuh dari kedua mataku ini hanya untuk memikirkan semua ini.
Kau tidak tahu seberapa sering aku menangis karenamu,
Memikirkan mengapa bukan aku saja wanita yang kau cintai. Percayalah, aku sangat menderita karena keputusan ini. Aku terluka, hatiku patah.
Kau tahu, aku pernah berharap agar aku selalu bisa mengucapkan ‘selamat pagi’ untukmu. Bukan hanya sebagai kekasihmu, tetapi juga sebagai istrimu kelak. Aku ingin mengucapkannya setiap pagi sejak kita memutuskan untuk bersama hingga kelak Tuhan menyatukan kita dalam sebuah ikatan pernikahan, lalu memisahkan kita melalui kematian.
Mungkin ini terdengar gila bagimu, mungkin anganku terlalu tinggi, tapi itulah yang kuharapkan sebagai seorang wanita yang sangat mencintaimu. Tapi kemudian, aku sadar bahwa kenyataan tidak selalu bisa berjalan sesuai dengan harapan. Karena itulah aku memutuskan untuk berhenti.
Aku berhenti mengucapkan ‘selamat pagi’ untukmu bukan karena aku tak mau lagi melakukannya, tapi karena akhirnya aku menyadari bahwa kau tidak pernah menginginkan ucapan itu dariku. Maksudku, kau tidak pernah benar-benar berharap aku mengucapkannya untukmu. Aku tahu kau sudah berusaha keras selama ini – selama hampir tiga tahun umur hubungan kita.
Aku tahu kau sudah sering mencoba untuk memberikan hati dan cintamu untukku, aku tahu kau sudah berusaha untuk menjadi yang terbaik bagiku, tetapi kenyataan selalu membawamu kembali kepada seorang wanita lain di luar sana. Aku tahu kau sudah sering mencoba melupakannya, tetapi kau tidak pernah bisa melakukannya, ingatanmu selalu membawamu kembali padanya dan hatimu selalu dipenuhi dengan dirinya dan masa lalumu tentang dia.
Aku tahu bahwa kau masih mencintai masa lalumu, wanita yang kau bilang telah menghancurkan hati sekaligus hidupmu.
Aku tahu tiga tahun ini sangat sulit bagimu. Berpura-pura bahwa kau mencintaiku, aku tahu itu sangat menyakitkan. Kuakui, aku salah. Sejak awal aku sudah tahu bahwa hatimu memang bukan untukku, tetapi aku tetap memaksamu masuk ke dalam hidupku. Aku tahu bahwa aku hanya sejenis pelarian bagimu, tetapi aku tetap bertahan denganmu – berharap bahwa suatu saat nanti kau akan bisa benar-benar mencintaiku dan melupakannya, menjadikanku sebagai akhir dari perjalanan panjang pencarian cinta sejatimu.
Oh ya, tahu jugakah kau? Bahkan hanya sebagai pelarianmu pun aku sangat bangga. Aku tahu ini sangat bodoh, bahkan mungkin kau menganggapku sebagai wanita rendahan. Tapi aku bisa apa? Aku hanya terlalu mencintaimu hingga pelarianmu pun kumanfaatkan sebagai kesempatan bagiku menunjukkan bahwa di dunia ini masih ada wanita yang bisa mencintaimu tanpa melukaimu.
Aku minta maaf karena selama ini aku menjadi sangat egois.
Aku tidak sadar bahwa cintaku yang begitu besar ternyata bukannya membahagiakanmu dan malah menambah jejak luka di hatimu.
Aku tidak sadar bahwa mempertahankanmu ternyata hanya membuatmu terkekang dan kau jadi tidak bebas menunjukkan bahwa kau masih sangat mencintainya. Maaf, aku tidak pernah memahami inginmu selama ini. Aku terlalu fokus memberikan yang terbaik bagimu hingga aku lupa memahami perasaanmu.
Maaf, aku sudah menahanmu terlalu lama tanpa mengerti bahwa kau tidak ingin dipertahankan. Maaf, aku sudah memaksamu bertahan untukku, aku sudah mengambil bahagiamu dan aku hanya memikirkan perasaanku sendiri – sebuah kenyataan bahwa aku sangat mencintaimu dan bahwa aku sangat berharap menjadi masa depanmu, menjadi ibu dari anak-anakmu kelak.
Aku sadar, seharusnya sekarang kau bersamanya dan bahagia, aku tahu itu.
Tetapi semuanya hanya terlalu sulit bagiku. Aku terlalu mencintaimu hingga yang selalu kupikirkan adalah bagaimana cara mempertahankanmu. Sekarang aku tahu kau sudah mencoba memberikan yang terbaik untukku, tetapi pada akhirnya hati tidak pernah bisa bohong, yang kamu cintai tetap bukan aku, tapi dia. Yang kamu harapkan bersamamu adalah dirinya dan bukannya aku. Kamu ingin tertawa bersamanya, bukan bersamaku.
Jujur saja, aku sangat sakit menerima semua ini, juga lebih sakit ketika pagi ini aku akhirnya memutuskan untuk meninggalkanmu, seseorang yang sangat kucintai.
Tapi lagi-lagi, aku bisa apa? Aku tidak ingin menahanmu terlalu lama lagi – tiga tahun sudah cukup.
Kau berhak bahagia meskipun kau adalah bahagiaku. Kau berhak kembali kepada cintamu walaupun aku selalu ingin bersamamu. Namun sebelum akhirnya aku pergi, satu hal yang kuinginkan, agar kau tidak pernah lupa bahwa aku pernah berjuang hebat untukmu dan bahwa aku pernah bertahan dalam keadaan apapun bersamamu.
Sekarang, pergilah, Sayangku. Kembalilah kepada cintamu dan bahagialah bersamanya. Jangan lupa mendoakanku agar aku bisa melupakan dan berhenti mencintaimu. Semoga kelak, aku bisa menemukan bahagiaku walau itu tak bersamamu. Selamat pagi, aku mencintaimu.
Tenggelamnya Sang Mentari Tak Akan Mengakhiri Cerita Kita
Kehidupan kita tak akan pernah terlepas dari berbagai masalah,baik itu masalah besar ataupun kecil. Sebagian dari kita pun cenderung memendam masalah yang sedang kita hadapai dibandingkan dengan menceritakan pada orang yang tentunya kita percaya dengan alasan tak ingin membebani.
Sore itu, langit di atas permukaan laut mulai berubah warna dari biru menjadi ke warna senja sore hari. Ya, matahari akan mulai terbenam beberapa puluh ribu detik lagi. Aku memutuskan untuk berjalan-jalan seorang diri dengan alasan untuk membuat pikiranku jernih kembali. Pikiranku masih penuh dengan berbagai masalah yang sedang aku hadap.berjalanlah kedua kaki ku ini menelusuri tepian pantai tanpa peduli akan riuhnya suasana di sana. Langkah kakiku terukir sepanjang jalan yang ku telusuri diatas hamparan pasir pantai.
Ramainya suasana di pantai sore hari kala itu tak membuatku merasa senang di kala aku masih berjalan sendiri, rasanya masih ada ruang kosong dalam hati ini. Kesendirian terkadang membuat semakin tertekan ditambah dengan pikiran yang berat.
“Seandainya ada yang menemaniku menyusuri indahnya hamparan pasir ini di kala tenggelamnya matahari. Bodohnya aku memutuskan tuk berjalan seorang diri” pikirku, lalu aku melanjutkan tuk terus berjalan sambil terus memikirkan sesuatu.
Sayup-sayup ku dengar namaku terpanggil, lamunanku terbuyarkan olehnya. Dengan perlahan ku balikan badanku ke arah suara yang seakan sedang memanggil-manggil namaku. Ternyata suara itu adalah panggilan dari teman-temanku. Sambil berlari mereka terus memanggil namaku dan salah seorang darinya dengan kuat merangkul bahu ku.
“Seharusnya kau mengajak kami menikmati pemandangan seindah ini, sayang jika dilewatkan begitu saja”
Akhirnya aku menelusuri dengan kedua temanku itu. Kehadiran mereka mengubah perasaanku yang tadinya tak menentu itu. Tawa, canda gurau bahkan sesekali ejekannya membuatku merasa lebih berwarna bersama mereka. Ya, bersama dengan mereka,teman-temanku yang selalu membuatku semangat di kala aku sedang jatuh. Yang membuatku tertawa dikala aku sedang sedih dan yang membuatku menghapuskan air mata.
Berjalan menyusuri pantai melihat keindahan dan menyaksikan tenggelamnya sang penyinar dunia bersama dengan mereka adalah sesuatu yang sulit tuk bisa dilupakan. Semuanya terekam dalam memori dalam ingatanku ini. Menyusuri derasnya aliran kehidupan tak akan terasa jika terus bersama dengan mereka yang selalu membantuku meskipun tak selamanya mereka ada di sampingku. Namun persahabatan tak akan pernah mudah untuk digoyahkan bahkan untuk diputus. Suatu saat nanti pasti kita akan menelusuri hemparan pasir pantai ini sekali lagi sambil menceritakan kisah yang telah kita lalui hari ini.
Tuan, Ini Tulisan Tentangku yang Menunggumu Pulang
Tuan. Kau tau? Aku tak pernah bosan menceritakanmu. Aku tak pernah bosan membicarakan apa-apa tentangmu kepada semesta. Mungkin telingamu sesekali panas karena aku sering membicarakanmu.
Tuan. Apa kau tahu juga, bahwa aku selalu menunggu kepulanganmu? Menunggu kau untuk menyinggahkan rindumu ke tempat yang tepat yaitu aku. Ah, mungkin aku sedang bergurau tentang kepulangan rindumu. Mana tahu kau sedang rindu dengan seseorang yang bukan aku. Mana tahu juga kau sedang berindu-rindu ria sekarang.
Bagai rumah yang ditinggal pergi penghuninya. Aku selalu mengharap Tuannya pulang untuk kemudian membersihkan rumah yang sudah lama ia tinggalkan. Lusuh, daun-daun berguguran lalu tertiup angin dan membawanya berserakan di halaman rumah tanpa pernah disapu, debu-debu menempel di setiap sudut ruangan luar maupun dalam.
Sungguh malang rumah tanpa penghuni. Kau bahkan memilih singgah ke rumah yang belum tentu mampu membuatmu nyaman selain aku. Kau lebih memilih singgah ke rumah yang sudah ada tuannya padahal sudah jelas-jelas aku yang butuh kau singgahin untuk kemudian kau bersihkan, disayang-sayang, dimanja-manja, kau kecup dan kau peluk.
Baik, aku mulai berlebihan. Perlu ku ingatkan, bisa saja aku bernasib sama seperti rumah yang ku ceritakan tadi. Jadi, cepatlah pulang.
Kali ini rinduku meninggalkan sesak, karena memikirkan hal-hal buruk yang mungkin saja bisa terjadi. Tuan, apa kau tak mau mengurangi sesakku ini dengan pelukmu yang entah kenapa bisa menjadi penenang yang manjur selain menangis? Apa kau tak mau? Aku berharap, tak perlu menunggu jawabanmu kau sudah memelukku erat. Sangat erat. Sampai sesak namun menenangkan.
Ah, aku mulai mengkhayal yang tidak-tidak. Namun aku harap, khayalku adalah doa.
Namun sesesak apa pun, aku tetap saja menginginkan kepulangan rindumu. Egois? Biarlah, aku tak memperdulikan itu. Hanya perlu berdoa kepada semesta agar kau lekas mempulangkan rindumu ke tempat yang tepat. Aku tak bisa memaksa dan tak mempunyai hak untuk menyeretmu pulang.
Hanya saja aku terlalu berharap menjadi tempat singgah yang menenangkan rindumu walaupun sejenak.
Sekali lagi. Aku sangat mengharap kepulanganmu Tuan. Walau aku tahu, kau tak menginginkan rinduku untuk pulang.
Kamu Adalah Salah Satu Alasanku Untuk Bahagia. Tetaplah Di Sini, Jangan Pergi.
Tahun lalu, kita bersama-sama menari di atas dedaunan kering yang telah basah diguyur tangisan awan. Kamu memelukku erat bagai tak mau lepas, dan aku pun terhanyut karena begitu nyaman berada di sana. Bukan cuma ratusan kata cinta, luapan kasih sayang senantiasa kamu curahkan tanpa ku pinta. Sejak saat itu aku sadar, kamu adalah mutiara terpendam nan berharga di luasnya samudera. Aku sayang kamu.
“Harapanku cukup sederhana. Tetaplah di sini, jangan pernah pergi.”
Jika ada yang bertanya, kamu adalah alasanku untuk tetap bertahan pada cinta. Ya, karena kamu adalah cintaku yang pertama.
Sulit bagiku untuk membuka hati pada sembarang pria, meski mereka telah datang silih berganti. Bukan karena aku tak menyukainya, tapi memang hati ini saja yang belum siap menerima. Aku tahu, kamu mungkin menganggapku kuno karena lemah dalam persoalan asmara, pun dengan bahasan-bahasan cinta. Tak mengapa, itulah aku yang dengan gembira menyambutmu sebagai cinta pertama.
Pilihanku terhadapmu selalu kusemogakan sebagai sebuah jalan yang benar, dan menuntunku pada singgasana kesetiaan. Kamu adalah cinta pertama, sekaligus terakhir yang selalu kusematkan dalam jiwa.
Bagiku, kamu adalah ksatria di dalam hati. Darimu aku banyak belajar arti memberi dan indahnya rasa saling menghargai.
Sebelumnya, aku adalah gadis pendiam yang tidak tahu arah kanan maupun kiri. Menganggap diriku yang paling mandiri juga menjadi rutinitas batinku, hampir setiap hari. Aku menganggap Tuhan selalu tak adil, karena tak banyak kawan yang bisa ku dapat, meski sikap demikian selalu ku tanamkan. Amarahku pun tak jarang meluap tak karuan, sehingga segala hal-hal penting nan berharga sering aku lupakan.
“Barulah ku sadar, ternyata aku egois dan terlalu mengagungkan gengsi. Terima kasih telah menyadarkanku, wahai kekasih yang kini telah menjadi kstaria di dalam hati.”
Di tengah semua gundah dan kesibukanmu, tak pernah ada kata ‘tidak’ untuk semua ajakanku. Sumpah, aku sudah terlalu nyaman bersandar di pundakmu.
Predikat sabar dan pengertian memang layak aku sematkan padamu, wahai lelakiku. Berbagai masalah yang menerpa seolah terpecahkan tanpa adanya kerja keras, dan air mata yang mengalir deras. Kamu serba bisa, dan aku sangat bangga. Bidangnya pundakmu juga tak pernah absen membuatku begitu nyaman, sehingga semua lara cepat berganti dengan suka yang tak terkira.
Segala tangis dan sikap manja ini pun tak pernah membuatmu marah apalagi berniat meninggalkanku, justru kamu begitu gemas akan itu. Aku berjanji akan berpolah lebih baik lagi demi kamu, lelaki tegar terhebatku.
Hebatnya, kamu tak hanya menggilai kelebihanku tapi juga kekuranganku. Sebaliknya, aku pun akan begitu.
“Darimu, aku banyak belajar tentang arti menerima. Menyempurnakan segala kekuarangan menjadi sebuah kelebihan, sehingga terus belajar menjadi sosok pasangan idaman.”
Awal perkenalan kita memang sudah cukup lama, sehingga kamu dan aku sudah paham apa itu arti saling menerima. Bukan hanya menerima kelebihan sebagai sepasang kekasih yang cantik dan tampan, tapi juga berusaha menyempurnakan segala bentuk kekurangan. Kini, kamu telah ku anggap sebagai guru yang dengan tulus Tuhan kirimkan, untuk memperbaiki segala kelam di masa lalu.
Percaya atau tidak, kamu adalah alasanku untuk terus berbahagia. Aku bersyukur telah memilikimu di luas dan fananya dunia.
Di antara beberapa lelaki yang pernah singgah di hati, tak tahu kenapa kamulah yang paling berkesan dan menentramkan hati. Bukan hanya aku, banyak pula gadis lain yang menganggapmu sebagai ‘dewa’ karena ketampanan dan perilakumu yang sederhana. Salut, akhirnya kamu lebih memilih aku di banding mereka. Seketika aku sangat bahagia, karena ternyata kamu benar-benar lelaki terbaik yang berhak menerima cinta. Tetaplah di sini, jangan pernah pergi.
“Jangankan untuk pergi, bergeser sedikitpun aku sudah enggan dan tak pernah mau.”
Untukmu, Aku Menanti Nyatamu Sampai Suatu Hari Nanti
Karena malam ini aku masih seperti biasanya, mendengarkan lagu Sheila On 7 yang berjudul Untuk Perempuan. Kepada Suatu Hari Nanti, aku belum tau seperti apa rupaku, rupamu. Saat ini aku sedang mengalami konflik batin dengan diriku sendiri.
Aku ingin sedikit bercerita kepadamu, aku bukanlah orang baik dan sedang berusaha memperbaiki diri. Apa yang seharusnya aku jaga harus rela aku lewatkan. Aku belum bisa memaafkan diriku sendiri atas kegagalan demi kegagalan yang aku alami. Aku mencoba bertanggungjawab atas segala perbuatan dan kewajibanku. Aku janjikan kepadamu, suatu hari nanti.
Tidak akan ada masa laluku yang akan mengusik suatu hari nanti. Tidak akan aku biarkan rasa cemburu mengganggu suatu hariku nanti. Aku berjuang setiap saat untuk memantaskan dan membahagiakanmu suatu hari nanti. Setiap lelahku, setiap langkahku, aku berikan kepada Tuhan agar Ia merawatmu, suatu hari nanti.
Aku tidak bersedih atas setiap yang melewatkanku, karena aku tau suatu hari nanti akan datang kepadaku. Hatiku tidak pernah ragu atas janji-Nya. Kepada Suatu Hari Nanti, tidak akan ada yang aku rahasiakan padamu, tidak akan ada kebohongan yang kau pertanyakan nanti kepadaku.
Dalam hening do'aku semoga suatu hariku nanti tidak merasakan sakit yang aku alami, diberikan penjagaan, dan Tuhan meluruskan jalanku, jalanmu suatu hari nanti. Aku ingin bisa diterima dalam keutuhan dengan ketidak-utuhanku ini. Aku ingin kita bisa saling memiliki tanpa ragu dan tanya. Mohon maafkan aku yang tidak bisa memberikanmu apa-apa, jika ada jalan lain aku sangat ingin menyempurnakan suatu hari nanti dengan segala ketidak-sempurnaanku.
Kepada Suatu Hari Nanti, ada banyak tempat yang telah kusinggahi, kuharap kau jadi tempatku pulang. Suatu hari nanti, aku ingin mengajakmu ke tempat yang sengaja tak aku datangi karena aku tau ketika waktunya tiba kita akan kesana bersama-sama. Kita bisa bersama-sama bercerita tentang kehidupan ditempat yang sama suatu hari nanti.
Kepada Suatu Hari Nanti, izinkan pula aku membahagiakan yang harus aku bahagiakan, aku ingin berbakti kepada sosok-sosok dihidupku. Tak ada lagi yang aku punya selain mereka, do'a dan restu dari merekalah yang akan mengantarkanku kepadamu suatu hari nanti. Aku harap Tuhan dapat mempermudah jalanku untuk menunaikan kewajibanku dan baktiku kepada mereka. Suatu hari nanti, yakinkan aku bahwa kau memang ada.
Kembalilah! Alam Sedang Merindukanmu
Rindu bukan hanya di rasakan manusia, alam pun memiliki rasa
Perasaan rindu itu bukan hanya dapat dirasakan oleh manusia guys, namun alam pun memiliki rasa yang sama. Manusia hanya kurang peka dengan apa yang di sekelilingnya saat alam mulai merindu. Merindukan kisah yang pernah kalian buat bersama. Kisah yang mungkin kalian tinggal atau bahkan mulai lupa. Setidaknya setelah membaca ini, kalian bisa mengingat apa saja kisah yang pernah terukir dalam kebisuan alam.
Aku merindukan senyum mu saat melihat dan mendengar ombakku yang berdebur susul menyusul menyisakan buih di tepian. Begitu semangat aku hempaskan ombak mendekatimu, atau sekedar menghempaskan rinduku saat melihatmu mandi di tepian. Aku pun merindukan saat kita berkejaran, saat kau tertawa riang menghindari ujung ombakku. Ah masa itu datang kembali terbawa angin sepoi-sepoi di penghujung terbenamnya Matahari.
Aku rindu kalian yang masih peduli, yang masih mencintaiku. Lama aku menunggu mu kembali menyapaku dalam kesepaian ini. Tatkala melihat mu datang aku bahagia, kau bawakan ku begitu banyak teman-teman baru. Aku bahagia, namun seketika sirna.
Kau berubah, kau tak mencintaiku seperti dulu. Kau ambil karang-karangku di tepian. Dengan santainya kau dan teman-teman mu memungutinya di sepanjang garis pantaiku. Apa kau tak mendengar teriakan deburanku yang mengganas? apakah kau seolah tak peduli lagi? Aku hanya tergugu dalam bahasa alamku menatapmu yang sedang tertawa bahagia.
Aku masih dapat bersabar untukmu
Aku masih bersabar, mungkin itu caraku berbagi untuk melihat tawa riang di wajahmu. Namun, kau kembali tak adil padaku. Kini bukan hanya karang-karangku yang kau ambil di tepian, kau mulai meninggalkan jejak baru yang tak ku kenal. Jejakmu ini berbeda dari yang dulu.
Aku merindukan jejak langkah kaki mu yang berlarian menghindari deburan ombakku, bukan jejak plastik penuh warna. Lihatlah, pasirku yang dulu indah, kini penuh dengan benda yang berwarna-warni. Aku coba hapus seperti yang biasaku lakukan pada jejakmu dulu. Namun, benda warna warni itu seolah permanen. Benda itu mengikuti deburan ombakku. Ombakku ikut di hiasi benda berwarna-warni itu.
Aku masih ingat saat kau dulu datang dengan wajah sendu, kadang menangis. Aku masih ingat batu yang kau lempar ke arahku. Batu itu masih tersimpan dengan rapi didasar lautku. Sampai saat ini tak ingin ku bawa ke tepian. Batu cinta dan kasih sayang yang kau lempar itu menjadi awal kedekatan kita, Di batu itulah semua memori tentang kita kusimpan dan kujaga dengan baik.
Bukan batu cinta atau karang kasih sayang yang kau lempar lagi. Kau ganti dengan benda mu yang berwarna-warni. Benda yang kau banggakan.
Benda itu bernama sampah.
Entah berapa banyak sampah yang terbawa arus ombakku. Entah berapa bagian yang telah kau hiasi dengan sampahmu yang berwarna-warni. Aku bingung persepsi kalian dengan keindahan. Apakah seiring waktu persepsimu yang dulu telah sirna. Entahlah, kau sekarang memiliki persepsi yang berbeda tentangku.
Kau lebih menyukai ombakku penuh hiasan sampah warna-warnimu, kau lebih menyukai pasir yang tercampur benda warna-warnimu. Kau lebih menyukai mengganti karang dengan sampahmu yang beraneka ragam dan bentuk. Persepsi keindahan antara kita jauh berbeda.
Aku masih menunggu dirimu tersadar dan kembali mengukir cerita indah kita. Apakah kau juga merindukan persahabatan kita yang dulu?
Kutunggu kau kembali memulai cerita tentang kita
Tinggalkan Jejak Indah Dalam Hidup Ini Agar Tidak Ada Penyesalan Walau Kita Hanya Pernah Bukan Saling
Kumenyusuri pesisir pantai, di sini, di tempat ini kudapati diriku bersamamu berbagi kisah-kasih menyatu dalam suasana indahnya malam itu deru ombak menambah syahdu indahnya kebersamaan berbagi tawa dan canda. Sesekali kau dapatiku yang konyol karna tingkahku kaupun tidak dapat menahan tawa terbahak-bahak walau malu rasanya.
Melihatmu tertawa lepas setelah apa yang sudah kau lewati itu tidak membuatku merasa terhina malah membuatku merasa bangga karna hadirnya diriku bisa membuat bebanmu berkurang setidaknya walau hanya sementara. Kita pernah mengubur mimpi di sana dekat batu besar tempat dimana kita berfantasi, lucu rasanya walau hanya kaleng bir yang kau isi dengan pasir kau dengan cerewetnya,
"kita akan kubur di sini, nanti akan kita lihat seberapa jauh kita melangkah kaleng ini akan tetap terkubur tak lekang oleh waktu, mungkin ga ya ada yang gali, hihi"
Masih terlihat jelas dalam benakku betapa mencintanya, hanya kita di dunia yang luas dan tak berperasaan ini aku dan kau malam panjang kita lalui walau letih rasanya karna aktifitas kita siang hari demi melepas rindu kita tak hirau lagi .
Kini aku di sini menapakan kaki menyusuri pantai kemarin mencoba menyusuri jejak kaki kita dulu yang berjalan beriringan, sampai pada batu besar tempat dulu kita bermimpi di sana sudah tidak ada lagi kaleng berisikan pasir yang dikubur 2 insan yang dimabuk asmara.
Walau kau memilih bersamanya, kudoakan semoga mimpimu dan mimpinya bukan sekedar kaleng bir yang dikubur bahagialah kau dengannya memang kutersakiti tapi kuikhlaskan kau bersamanya semoga dia yang benar-benar membuatmu jatuh cinta dan kalian saling memiliki.
Biarkan tempat ini menjadi pelepas penatku untuk mengenang kita dulu
Untuk Kamu yang Mengajarkanku Arti Dicintai dan Mencintai
Awalnya ku tak pernah menyangka akan jatuh cinta padamu. Kau yang kukenal pertama kali meninggalkan penilaian buruk dipikiranku. Kukira kau lelaki yang nakal, lelaki yang senang berpoya poya karena kulihat kau bergaul dengan mereka, anak-anak nakal. Namun, mungkin aku yang terlalu gegabah dalam menilaimu. Hingga suatu hari aku melihat sifat aslimu dibalik sosokmu yang misterius itu.
Jangan hanya melihat dan menilai, karena tidak semua yang bernilai dapat terlihat
Penilaian burukku tentang mu menguap seketika dan digantikan oleh rasa kagum dalam hatiku. Kau sosok yang baik, hangat dan bertanggung jawab. Itulah yang kutangkap saat pertama kali ku mengenalmu lebih dekat dari sebelumnya. Benih-benih kagum itu berubah menjadi rasa suka yang kini tak bisa kubantahkan. Memang rasaku baru tumbuh, namun kutak pernah tahu jika pada akhirnya rasa ini akan tumbuh semakin besar dari hari kehari. Hingga ku berangan-angan jika suatu hari kita bisa memadu kasih bersama walaupun angan-angan itu dirasa tak akan jadi nyata mengingat sosokmu yang sangat cuek jika di kelas.
Kita tak akan pernah tau akan jadi apa kedepannya jika kita tak mencoba
Rasa suka itu semakin menjadi jadi mengingat setiap hari kita selalu bertemu di kelas. Aku selalu memikirkanmu tanpa kenal lelah, memandangimu yang duduk dibangku paling belakang, dan mencoba bersikap biasa saja saat pandangan mata kita saling bertemu walaupun dalam hati rasanya senang tak terkira. Aku selalu berusaha menjadi yang terbaik di kelas agar kau bisa bangga padaku. Namun ternyata aku hanya wanita biasa yang juga ingin dicintai dan mencintai. Aku tak tahan jika harus menunggu dan memendam perasaan ini sejak 8 bulan lamanya. Kucoba memberanikan diri untuk sekedar menyapamu di bbm. Walaupun kutahu akal sehatku meronta-ronta untuk tidak melakukan itu namun perasaanku berkata harus melakukannya. Aku berpikir jika ku tak mencoba maka aku akan menyesal seumur hidupku.
Jangan pernah malu dengan rasa cinta yang kamu miliki. Setiap orang layak untuk dicintai dan mencintai
Aku tak menyangka ternyata responmu baik terhadapku. Perlahan-lahan kau memberiku harapan hingga membungbung tinggi setinggi angkasa. Perasaan ingin bersamamu kembali menyelinap masuk ke relung hatiku. Tidak terasa hari demi hari kita semakin dekat dan sering saling sapa walaupun lewat bbm. Aku tak berani menyapamu secara langsung begitupun denganmu. Namun tetap saja aku senang sekali bisa chatan denganmu hingga larut malam. Akupun tak malu lagi memberimu “kode” mengenai perasaanku dan tanggapanmu sangat baik saat itu. Dan hari itupun tiba. Hari yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Hari dimana penantian ku telah berakhir. Hari dimana mimpiku untuk bersama akan menjadi kenyataan dan bukan hanya angan-angan semata. Tanggal 29 agustus lalu kamu menyatakan cintamu padaku. Cinta yang tak pernah kusangka akan tumbuh juga dihatimu. Aku senang tak terkira. Dunia seolah lebih indah dari biasanya. Kutahu kita sama-sama baru pertama kali pacaran namun kuberharap kaulah yang pertama dan terakhir dalam perlabuhan cintaku.
Semua berawal dari hari itu. Kita memadu kasih bersama seolah dunia hanya milik berdua
Cinta sungguh dapat merubah segalanya. Segala yang susah menjadi senang, segala kerisauan menjadi kegembiraan, segala hal terlupakan dan hanya ada kita berdua. Kita menunjukan cinta kita yang baru bersemi, saling melontarkan kata-kata sayang setiap hari, menghabiskan waktu berdua setiap saat, saling menanyakan hal yang sepele tapi menyenangkan, saling menautkan jari dan berjanji akan selalu bersama seakan cinta dan romantisme kita tak akan pernah habis. Ku ingat saat anniv kita satu bulan. Kau memberikanku sebuah hadiah yang indah. Kotak musik yang terdapat patung laki-laki dan perempuan di dalamnya. Mereka berdua tengah menari di bawah putihnya salju seakan hidup mereka hanya untuk menari berdua. Aku terpesona menatapnya dan menginginkan hidup kitapun akan seperti mereka.
Badai datang menerpa cinta kita. Namun itu bukan alasan kita berbalik mundur. Jadikan itu alasan memperkokoh kapal yang kita tumpangi
Hingga badai yang tak diundang itupun datang. Kita bertengkar gara-gara hal yang sepele. Ini pertengkaran kita yang pertama. Sifatku yang tidak mau kalah harus berbenturan dengan egomu yang besar itu. Kita saling melontarkan kata-kata tajam yang menusuk hati. Aku sudah tak bisa menahan amarahku lagi. Kita bagaikan anak kecil yang memperebutkan permen dan tidak ada yang mau mengalah. Namun ternyata kamu lebih berbesar hati dibandingkan aku. Kamu rela membujukku agar tidak marah lagi hingga rela meminta maaf padaku lebih dulu. Aku malu padamu.. Aku tak tega melihatnya.. Melihat orang yang sangat ku sayang ini mengkesampingkan egonya demi diriku. Kamu juga memberiku kejutan kecil lainnya. Di anniv kita yang ke 4 bulan kamu mengajakku jalan-jalan ke tempat yang tidak dapat aku lupakan. Kita berlarian di tengah kebun teh yang asri, menatap takjub air terjun yang menjulang tinggi dihadapan kita. Sungguh kuasa allah yang sangat indah.. Sama seperti dirimu sayangku..
Sekali atau dua kali mungkin masih bisa kita hadapi, namun bila badai itu datang bertubi-tubi aku tak tahu akan jadi apa akhirnya
Hampir setahun kita berhubungan, namun pada kenyataannya membesarkan hati untuk mengurangi ego masing-masing itu tidaklah mudah. Ditambah lagi pendapat kita yang sering kali berbeda membuat hubungan ini semakin meremang. Saat masalah satu selesai selalu saja masalah lain datang menghampiri. Lelah, jenuh, bosan mulai hinggap dihatiku. Kita semakin sering bersitenggang dan melontarkan kata yang jauh dari romantis seperti dulu.
Kuberharap kaulah akhir dari cerita indahku. Menua dan mengukir hidup denganmu menjadi cita-citaku saat ini. Namun, sepertinya engkau bukan tokoh dalam akhir dari cerita itu
Puncak masalahnya saat libur un dimulai. Kita yang terbiasa bertemu setiap hari kini mulai jarang bertemu dan hanya berhubungan lewat handphone saja. Sesekali aku memintamu bertemu, namun kamu mulai enggan memenuhi permintaanku. Alasanmu selalu klasik.
“Aku lagi sibuk bantu-bantu nenek”
Atau
“Aku lagi engga ada uang sekarang. Nanti aja ya”
Padahal dulu kita selalu bertemu bahkan dihari libur. Jujur aku menyukai kita yang dulu. Hingga suatu hari kamu tiba-tiba menghilang tanpa kabar dan tanpa sepatah katapun. Aku khawatir bagaimana keadaanmu disana. Aku ingin membunuh rasa peduli ini namun apa daya aku tak mampu. Diam-diam aku merindukan pertengkaran kita. Jika boleh memilih, aku lebih suka kita bertengkar daripada kamu menghilang tanpa kata seperti ini. Tak pernah kubayangkan sosokmu telah mempengaruhiku sebesar ini. Kepergianmu telah menyisakan ruang kosong dihatiku hingga sehampa ini. Sungguh sakit hatiku. Hingga hari ke 5 kau mulai menghubungiku kembali. Namun kau tahu aku belajar apa saat kau menghilang? Aku belajar terbiasa. Terbiasa tanpa pesan singkatmu, terbiasa tanpa perhatianmu, terbiasa tanpa sosokmu dalam hidupku walau sungguh berat untukku. Luka yang kau goreskan terlalu dalam, hingga akhirnya akupun bertekad mengakhiri hubungan ini dan melupakanmu.
Ini bukan suatu kesalahan, melainkan pelajaran berharga untuk kita dalam memilih cinta baru di masa depan
Kini aku tahu bahwa membina hubungan itu tidaklah mudah. Karena ini masalah 2 hati jadi pasti akan sedikit rumit. Kita sudah sama-sama berjuangan untuk mempertahankan hubungan ini, namun apa daya sang pencipta tak berpihak pada kita. Tak ada yang salah dalam hal ini. Setidaknya dulu kita pernah berbahagia bersama. Kau telah mengajarkanku arti dicintai dan mencintai. Aku merasa bahagia pernah menjadi bagian dari hidup lelaki hebat sepertimu dan akupun berharap kaupun merasa bahagia pernah menjadi bagian indah dalam hidupku. Terima kasih untuk segalanya yang telah kau berikan. Dan maaf untuk luka yang pernah kugoreskan dalam hatimu.
Tentang Jarak yang Berhasil Memisahkan. Ku Doakan Kau Selalu Berbahagia di Sana
Sungguh mengherankan betapa saat ini, kehadiran jadi satu-satunya hal penting yang aku inginkan lebih dari apapun. Hadirnya kamu yang berjalan tegap menyejajari langkahku yang buru-buru, rentetan tawaku di sela-sela kepadatan harimu yang ku anggap tidak seru. Rutin yang hadir cukup sekali lagi.
Kita pernah begitu satu. Lalu seketika, kita sudah jadi bagian dari hal-hal lain yang sebelumnya tidak kita pahami. Mana kita tahu bahwa ternyata sudah suratan takdir yang mengatakan kau dan aku tidak bisa berlama-lama di ruang dan waktu yang sama. Apa yang kita hendaki sepertinya berbeda.
Hidup harus tetap berjalan, katamu. Oleh karenanya, kejarlah semua yang ingin kamu kejar, walau tanpa aku.
Masih jelas ku ingat lagu di matamu malam itu, liriknya penuh dengan kata-kata penghiburan yang ku tahu palsu. Begitu juga dengan riangnya cara bicaraku, mengakui rententan dosa yang pernah ku lakukan di belakangmu, seperti tidak makan tepat waktu seperti yang kau mau. Lalu kita melambaikan tangan, mengakui jeda panjang dan absennya pertemuan.
Andai kamu tahu. Saat itu, merelakanmu adalah hal terakhir yang ingin aku akui
Sudah berapa lama kita tidak saling melihat, mendengar, dan merasakan keberadaan satu sama lain? Sudah cukup lama, rasa-rasanya. Ah tapi tidak juga. Baru beberapa saat, namun rasanya sudah bertahun-tahun kau pergi.
Kebebasanku hanya terasa segar di awal. Percayakah kamu? Aku yang dulu bebal, sekarang mulai sentimental. Memandang setiap butiran hujan dengan iri, karena bisa jadi hujan dan kamu lebih dekat berbincang mencipta puisi. Merasakan hembusan angin sore dengan ngilu, bisa jadi angin ini pula yang kelak menyerbu dan meniupkan daun-daun jambu pulang ke pintu rumahmu.
Bukan aku.
Tanpa ku niatkan, aku cemburu pada setiap hal yang dekat denganmu, tanpaku.
Mungkin aku yang berlebihan. Semoga rindu ini masih bisa ku tahan
Apalah yang sedang ku pikirkan ini? Sungguh tidak pantas sebenarnya jika aku menyesal atas keputusan yang sudah dibuat. Juga masih berduka atas keadaan yang sudah terjadi. Kita kan sempat berjanji untuk tetap tersenyum walau harus menata kembali hidup yang sama-sama kita tinggalkan.
Tapi setiap kali aku menyusuri jalan-jalan kecil di sepanjang pertokoan yang sering kau bicarakan, aku hanya ingin bercerita kepadamu kabar penjual bunga di sana. Kabar tempat makan kesukaanmu yang entah mengapa seluruh menunya terasa hambar. Ingin juga memberitahumu kabar tim olahraga jagoanmu yang baru saja menang turnamen. Juga kabar teman-teman, yang fotonya masih tertata rapi di tembok kamar dan selipan buku catatan.
Bukan kabarku. Karena sesungguhnya aku tidak ingin kau tahu sampai sekarang aku belum bisa memulai hidup baru.
Ku doakan untukmu, hal-hal yang lebih baik lagi dari yang pernah kamu dapatkan
Maafkan aku, ucapmu karena tidak bisa lagi menemaniku.
Aku tahu kamu bersungguh-sungguh. Sebab itu kataku, tidak perlu. Jangan menghabiskan gulungan roll terakhir memoriku bersamamu dengan bermaaf-maafan seperti orang lebaran. Biar seperti ini saja, karena aku mendoakanmu segala hal terbaik yang pantas kamu dapatkan.
Bahwa selama ini kamu membuatku bahagia, lalu tiba-tiba tidak lagi. Apa pantas kamu dimaafkan?
Ku kira kamu akan segera kembali, menyapaku lagi setiap pagi. Meledek ekspresiku yang jengkel kala melihatmu memakai kaos yang itu-itu lagi. Menghampiri saat kepalaku sakit dan butuh aspirin dosis tinggi, lalu meletakkannya di dadamu, tepat di detak jantungmu yang menenangkan. Tapi ternyata tidak lagi. Semua sudah tinggal cerita yang semakin waktu semakin terasa lama.
Betapa kekanakannya, tapi sejujurnya aku tidak tahan lagi ingin menangis sesak. Karena di sana, sendiri pun kamu sepertinya bahagia.
Aku rela menukar waktu dengan kehadiranmu. Banyak hal yang belum ku lakukan bersamamu
Andai bisa. Ku minta Tuhanmu untuk mengambil waktuku dan menukarnya untukmu. Tapi kita sama-sama tahu bahwa banyak permintaan yang hanya berakhir di ruang tunggu.
Dan aku, kamu, kita tidak sedang menunggu.
Berbaliklah waktu.. Aku sedang mencoba terbiasa menoleh tanpa membiarkan bagian diriku tertoreh. Setidaknya aku senang kita sempat berjalan dalam satu keadaan yang sama. Ingin melakukan lebih, menomorsatukanmu, menjagamu, memberikan semua yang kau inginkan, tapi tidak ada lagi kesempatan yang memungkinkan.
Ketika menenun kecemburuan dengan seisi semesta yang jadi lebih dekat denganmu, aku titipkan sebuah pesan yang semoga tak kau lupakan.
Bahwa aku mencintaimu, tak terbatas ruang dan waktu.